Senin, 21 Juni 2021

Juluki Pulau 1001 Kuda, Ini Alasan Kuda Penting di Sumba

Parade 1001 Kuda Sandelwood di Pulau Sumba (Foto : Internet)  
Sumbastories - Sumba merupakan salah satu pulau yang terletak di bagian selatan Indonesia yang sangat terkenal akan keindahan alam, adat istiadat serta budayanya.

Namanya mencuat menjadi salah satu destinasi favorit bagi wisatawan domestik dan mancanegara. Sebagian besar lanskap Sumba didominasi padang rumput. 

Selain itu Bagi masyarakat Sumba, ndara, nama setempat untuk kuda, bukan sekadar tunggangan. Kuda adalah kendaraan hidup yang tak bisa dipisahkan dari kehidupan pribadi orang Sumba. 

Selain sebagai alat bantu transportasi, kuda juga digunakan sebagai syarat mas kawin pernikahan adat Sumba. 

Kuda Sumba adalah berjenis kuda sandel wood atau sandel-hout, yang sebetulnya adalah Kuda Sandelwood Pony. 

Nama sandelwood sering dikaitkan dengan cendana yang pada masa lampau merupakan komoditas ekspor dari Pulau Sumba dan pulau-pulau Nusa Tenggara lainnya. 

Konon, hewan ini memiliki moyang kuda arab yang disilangkan dengan kuda poni lokal untuk memperbaiki penampilannya.

Simak, Ini Sejarah Awal Suku Sabu di Pulau Sumba

Suku Sabu (Foto : Internet) 
Sumbastories - Kabupaten Sumba Timur merupakan salah satu kabupaten dari keempat kabupaten di Pulau Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Wilayah kabupaten ini menempati bagian timur dari Pulau Sumba. 

Sebelah utara berbatasan dengan Selat Sumba, sebelah timur dengan Laut Sabu, sebelah selatan dengan Samudra Hindia, dan sebelah barat dengan kabupaten Sumba Barat.

Orang Sabu adalah pendatang terbesar yang sifatnya imigrasi ke daerah Sumba. Kedatangan mereka di Sumba dilakukan secara bertahap sejak dahulu kala yakni pada masa para leluhur hingga proses migrasi pada saat ini. 

Kebanyakan mereka datang dan langsung menempati daerah-daerah pesisir laut dan di daerah khusus yang telah ditetapkan oleh pemerintah NTT dan kolonial Belanda seperti di kelurahan Kambaniru dan Umalulu. 

Demikianlah sejarah kedatangan orang Sabu pertama kali di Sumba, dimulai dari kisah legenda sejarah masyarakat Sumba dan Sabu, keterlibatan dengan pihak ketiga (yakni Belanda dan misi penyebaran agama Kristen) dan migrasi orang Sabu ke daerah Sumba hingga saat ini.

Hubungan antara leluhur dari kedua suku bangsa (Sumba dan Sabu) legenda menuturkan bahwa nenek moyang orang Sabu terdahulu berdiam di Tanjung Sasar pada sebuah kampung yang bernama Paraingu Hawu (negeri Sabu). 

Tuturan silsilah yang beredar di suku Sumba maupun di Sabu mengatakan bahwa para leluhurnya bersaudara kandung. Leluhur suku Sabu bernama Hawu Miha (Laki-laki) dan leluhur suku Sumba bernama Humba Miha (Perempuan).

Humba Miha kawin dengan Umbu Harandipa Wolu Mandoku. Humba Miha menetap di Sumba, Hawu Miha tetap menjalin hubungan persaudaran dengan Humba Miha Hawu Miha memberikan sebuah panggilan manis bagi saudaranya di Sumba dengan sebutan Do Wa (artinya orang yang tinggal di bagian barat bira wa barat). 

Panggilan ini pun menjadi panggilan yang lazim digunakan kepada orang Sabu yang berada di Sumba hingga pada masa kini.

Kawin mawin telah terjadi di antara orang Sabu dan orang Sumba sejak zaman dahulu kala hingga saat ini, antara lain: Umbu Jara Wadu (bangsawan Sabu) kawin dengan Rambu Mai Nggadi (anak dari Umbu Tarubu Huru Nggaba / bangsawan Lukumara).

Umbu Kaho Manu dengan Rambu Bangu Kahi (putri bangsawan Ruku Maru). Umbu Jami Riwu (bangsawan Sabu) kawin dengan Rambu Paji Jera maramba hawu (Putri bangsawan Mangili) Umbu Ngg. Haumara (putra bangsawan Watupelit - Melolo) kawin dengan putri bangsawan Sabu Melolo (Do Na Taga - saudari dari Ama Nai Jawa (Raja Sabu) dan Ama Dima Talo). 

Umbu Njanja Taranau (bangsawan Mangili) kawin dengan Rambu Kado Buki (bangsawan Mesara - Sabu). Perkawinan antara putra Sabu dengan putri Rende. Perkawinan antara anak Raja Mangili dan Melolo menikah dengan anak Raja Seba (Sawu).

Asal Mula Pulau Sumba

 

Tampak dari atas sebagian kecil daerah Sumba (Foto : Instagram) 

Sumbastories - Sebenarnya siapakah nenek moyang orang Sumba? dari mana saja mereka berasal? Kapan mereka bisa sampai di Pulau Sumba? Tentu ini pertanyaan yang sering dilontarkan masyarakat Sumba,  dan sangat menarik untuk dicari jawabannya.

Tradisi lisan menyatakan bahwa nenek moyang Orang Sumba pertama kali tinggal di Kampung Wunga setelah menempuh perjalanan dengan kapal dari Malaka.

Wunga berasal dari kata "kawunga", yang berarti asal'. Seperti namanya, Desa Wunga di Kecamatan Haharu, Sumba Timur, ini dipercaya sebagai kampung asal bagi orang Sumba.

Dari Kampung inilah kemudian mereka menyebar ke wilayah lain. Riset genetika orang Sumba yang merupakan campuran haplogrup Austronesia, Papua, dan Asiatik ditemui di Wunga, menguatkan cerita desa itu sebagai kampung pertama pulau Sumba.

Sejarah penghunian Sumba adalah rangkaian dari persebaran leluhur Austronesia di Nusantara yang diperkirakan sejak 3500 tahun yang lalu. Bukti-bukti arkeologi menunjukkan bahwa Sumba sudah dihuni setidaknya 2500 tahun yang lalu. Tulisan ini dikutip dari MAXFM

Minggu, 20 Juni 2021

Mamuli Identitas Wanita Sumba

Perhiasan Kuno Wanita Sumba
Sumbastories - Perhiasaan menjadi suatu kelengkapan yang tidak akan terlupakan bagi para wanita tanpa terekecuali. Salah satunya wanita di Pulau Sumba. 

Di Pulau Sumba ada sebuah perhiasaan kuno yang dilestarikan secata turun temurun yakni "Mamuli". 

Perhiasan khas dari Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur ini bentuk dasarnya menyerupai symbol omega, rahim atau kelamin perempuan. Konon, perhiasaan ini sebagai simbol untuk menghormati kedudukan perempuan. Mamuli dipercaya juga sebagai benda yang dianggap paling penting dalam adat Sumba.

Dalam tradisi masyarakat Sumba, Mamuli dipergunakan dalam peristiwa-peristiwa istimewa. Misalnya, pada masa dahulu, Mamuli dijadikan sebagai mas kawin, digunakan dalam ritual adat, maupun menjadi bekal penguburan. Selain itu, Mamuli merupakan salah satu benda pusakan yang dipercaya menghubungkan manusia dengan para leluhur.

Bila pada zaman dahulu Mamuli sebagai hiasan di telinga, saat ini Mamuli dipergunakan sebagai hiasan pada penutup kepala, sebagai bros yang disematkan di kain, dan juga untuk liontin atau hiasan kalung yang biasa dipakai dalam pagelaran tarian adat. (Dikutip dari Ragam Busana Aksesoris Etnik)

Bisnis Laundry Naik Saat Pandemi, Berikut Deretan Usaha Yang Menjanjikan di Musim Covid-19

SumbaStories - Ditengah pandemi Covid-19 saat ini banyak dampak yang

dialami oleh masyarakat Indonesia, lebih khususnya dibidang perekonomian yang

semakin hari terus menurun. Hampir sebagian besar usaha yang dimiliki masyarakat

mengalami penurunan omzet secara drastis.

Akan tetapi, lain halnya yang dialami oleh The Daily Wash Laundromat PT. Andalan

Lancar Sejahtera. Bisnis ini justru mengalami pengembangan tempat usaha dan baru

dilaunchingkan pada hari ini Sabtu (20/02) dan merupakan cabang ke-109 di Jalan

Pacuan Kuda, Kecamatan Sawahan.

CEO The Daily Wash Laundromat, Herlambang Prayatno mengatakan bahwa bisnis

tersebut hadir sebagai pilihan masyarakat dalam mencari solusi mencuci pakaian

dengan cara yang cepat, tepat, dengan hasil yang bersih, higienis, dan harga yang

terjangkau.

“Bisnis ini sangat membantu masyarakat dan cocok untuk musim pandemi saat ini.

Pelanggan juga dapat mencuci pakaian secara langsung dan memakan waktu hanya 90

menitan dengan hasil yang memuaskan,” ucapnya.

Herlambang juga mengatakan bahwa bisnis The Daily Wash Laundromat dapat menjadi pilihan masyarakat dalam memulai usaha ditengah pandemic saat ini. Dikarenakan

bisnis tersebut dapat tetap bertahan walaupun dimasa pandemic yang semakin

meresahkan masyarakat dengan penurunan pemasukan yang terus merosot.

“Masyarakat yang mau membuka usaha ditengah pandemic, Daily Wash Laundromat

bisa menjadi pilihan. Karena bisnis ini mampu berkembang dengan baik walupun

ditengah pandemi,” tuturnya.

Selain bisnis Daily Wash Laundromat, tentunya masih ada beberapa pilihan bisnis yang

dapat dipilih masyarakat untuk tetap bertahan dan berkembang ditengah pandemi Covid-

19. Berikut deretan bisnis yang dirangkum JatimTimes:

1. Bisnis Makanan

Bisnis yang menjadi pilihan pertama ialah bisnis makanan. Saat pandemic kebanyakan

masyarakat lebih banyak menghabiskan biaya dengan membeli sesuatu yang lebih

menjadi kebutuhan dibandingkan keinginan. 

Dikarenakan dimasa pandemic saat ini perekonomian semakin menurun dan masyarakat

lebih mengutamakan produk yang bermanfaat seperti makanan untuk bertahan hidupditengah pandemic Covid-19.

2. Bisnis Masker Kain

Bisnis masker dapat menjadi pilihan dikarenakan dimasa pandemi saat ini, masker

menjadi suatu kebutuhan masyarakat agar dapat terhindar dari penyebaran virus Covid-

19. Oleh sebab itu dengan melihat peluang berjualan masker dapat meningkatkan

permintaan masker dan membuat omzet usaha akan terus berkembang dimasa pandemic.

3. Bisnis Produksi Frozen Food

Bisnis ini juga menjadi pilihan dikarenakan dimasa pandemic saat ini ruang gerak

masyarakat untuk melakukan aktivitas diluar rumah terbatas. Perubahan pola konsumsi

masyarakat untuk menjaga stok bahan makanan dirumah akan berkolerasi dengan

kebutuhan makanan olahan (pre-cook) seperti makanan siap saji dan makanan beku

(frozen food)

Sehingga bisnis produksi frozen food dapat menjadi pilihan masyarakat dalam memulai

usaha ditengah pandemic Covid-19. Bisnis ini dapat tetap bertahan dan berkembang

karena dapat memiliki banyak peminat atau costumer.

4. Bisnis Jasa Titip 

Bisnis yang satu ini juga dapat menjadi peluang dalam menambah omzet usaha

ditengah pandemic. Mengingat bahwa pembatasan aktivitas diluar rumah, membuat

masyarakat malas untuk keluar ketempat keramaian seperti mal, swalayan, pasar dan ketempat-tempat lainnya. 

Sehingga masyarakat dapat memanfaatkan bisnis jasa titip agar dapat memenuhi apa

yang menjadi kebutuhannya.

5. Reseller atau Dropshipper

Bisnis yang terakhir ialah reseller atau yang biasa diartikan sebagai pelaku usaha yang

membeli sebuah produk lalu menjualnya kembali. Disaat pandemic saat ini juga tidak

membuat minat belanja masyarakat turun drastis. Akan tetapi perilaku masyarakat

dimasa pandemic lebih beralih memilih belanja secara online

Oleh sebab itu reseller atau dropshipper dapat menjadi pilihan masyarakat, karena

walaupun ditengah pandemic saat ini market place akan terus diburu masyarakat.

Beredar Masker Medis Palsu Tak Layak Pakai, Kenali Ciri-cinya di Sini


SumbaStories - Dimusim pandemi saat ini masker menjadi salah satu kebutuhan yang wajib dimiliki oleh setiap masyarakat, guna mematuhi protokol

kesehatan serta melindungi diri dari berbagai macam virus yang mengancam tubuh.

Akan tetapi dengan pandemic saat ini pedagang usil memanfaatkan kesempatan untuk

memproduksi dan menjual masker tak layak pakai di masyrakat. Untuk itu masyarakat

harus berhati-hati dalam memilah masker medis yang asli atau palsu.

“Hindari kesalahan membeli masker medis, tenaga kesehatan dan masyarakat dapat

membeli masker yang sudah memiliki izin edar alat Kesehatan dari Kemenkes,” ucap

Plt Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan (Farmalkes) Kemenkes, Arianti Anaya.

Arianti mengatakan masker medis asli yang memiliki izin edar dari Kemenkes mampu

mencegah masuknya droplet atau virus dan bakteri. Sedangkan pada masker palsu

tingkat kerentanan penularan virus SARS-CoV-2 sangat tinggi.

Masker yang memiliki izin edar Kemenkes sudah dipastikan memenuhi persyaratan

mutu, keamanan, dan manfaat.

1. Pastikan jenis masker sebelum digunakan

Untuk itu masyarakat harus melihat jenis masker yang hendak digunakan terlebih dahulu. Dikutip dari laman Kementrian Kesehatan, ada 2 jenis masker medis yakni

masker bedah dan masker respirator. 

Masker bedah berbahan material berupa Non-Woven Spunbond, Meltblown, Spunbond

(SMS) dan Spunbond, Meltblown, Meltblown, Spunbond (SMMS). Masker ini

digunakan sekali pakai dengan tiga lapisan dan penggunaannya menutupi mulut dan

hidung. 

Sedangkan masker respirator, lapisannya lebih tebal berupa polypropylene, dan pada

lapisan tengahnya berupa elektrete atau charge polypropylene. 

“Masker medis harus mempunyai efisiensi penyaringan bakteri minimal 95 persen,”

ucap Arianti.

2. Cek izin edar Kemenkes

Untuk membedakan masker asli dan palsu, masyarakat terlebih dahulu dapat mengecek

izin edar Kemenkes pada infoalkes.kemkes.go.id, dan jika masker tersebut asli maka

izin edar yang tercantum pada kemasan akan ditemukan pada laman tersebut.

“Masker non medis tidak memiliki izin edar dari Kemenkes karena tidak memenuhi

standar uji sebagai alat kesehatan,” tuturnya.

Jurnalistik Adalah Idolaku

 

Profesi Wartawan 
SumbaStories - Istilah Jurnalistik tentu tidak asing lagi ditelinga para kaum terpelajar. Jurnalistik menjadi salah satu bagian dari dunia kewartawanan, yang dimana Jurnalistik akan berhubungan dengan hal-hal yang berbau pemberitaan di media. 

Belajar dunia Jurnalistik, akan cenderung berprofesi menjadi seorang Jurnalis atau waratawan, dimana aktivitas dan kegiatan yang dilakukan ialah mencari,  meliput, dan mengolah informasi menjadi sebuah berita yang layak untuk dibaca oleh masyarakat luas. 

Menjadi seorang Jurnalis, bukanlah suatu hal yang mudah, tentunya ada banyak tantangan yang akan diterima dan dihadapi. Tetapi hal demikian tidak perlu ditakuti,  dari tantangan yang ada memberikan banyak dampak positif bagi para wartawan. Mulai dari banyaknya relasi dengan masyarakat,  dapat memiliki akses yang dekat dengan para pejabat publik, maupun memberikan mental yang kuat dan tangguh bagi para wartawan tersebut.

Selain itu berprofesi sebagai seorang Jurnalis juga sebagai pekerjaan yang sangat mulia. Menghabiskan waktu untuk bertemu dengan orang banyak,  agar dapat mengahasilkan sebuah informasi yang memiliki tujuan untuk disampaikannya kepada khalayak luas, agar dapat mencerdaskan kehidupan banyak orang. Sungguh luar biasa bukan?

Ada banyak Jurnalis yang terkenal di masyarakat,  salah satunya Najwa Shibab. Ia terkenal dengan sikap profesionalnya dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang Jurnalis. Dimana sikap kritis dirinya ketika berhadapan dengan para narasumber,  menjadikan beberapa para narasumber sudah merasa takut terlebih dahulu sebelum bertemu dengan dirinya. 

Sebelum menjadi seorang Jurnalis, tentu ada banyak proses yang perlu diilalui,  salah satunya melalui belajar di Program Studi Ilmu Komunikasi, lebih khususnya konsentrasi Jurnalistik. 

Ada banyak ilmu yang akan dipelajari dan didalami, baik secara teoritis maupun praktikum, sebelum terjun langsung kedalam dunia Jurnalis. Melalui praktikum secara langsung, kita dapat mengetahui nilai-nilai positif maupun negatif yang akan kita dapat ketika menjadi seorang jurnalis nantinya. 

Dan kita dapat mengetahui bahwa menjadi seorang Jurnalis yang memberikan informasi kepada khalayak luas, tidak secara asal-asalan memberikan informasi, akan tetapi ada kaidah-kaidah yang perlu ditaati sebagai pedoman menulis berita yang baik dan benar. 

Senin, 07 Juni 2021

Nenek Moyang Sumba

 



Sumbastories - Konon katanya nenek moyang orang Sumba berasal dari Jasira India, menurut sejarah demikian. 

Dilain cerita yang saya dengar dari tradisi lisan masyarakat Sumba bahwa nenek moyang orang Sumba (tidak dijelaskan dari suku mana) pertama kali tinggal di sebuah kampung bernama Wunga. 

Mereka sampai di kampung Wunga, kampung yang berasal dari kata "Kawunga" artinya asal, setelah menempuh perjalanan dengan kapal dari Malaka. 

Saat ini, kampung Wunga itu sendiri sudah menjadi sebuah desa. Desa Wunga,  Kecamatan Haharu, Sumba Timur, dan desa inilah yang menjadi asal muasal dari adanya Pulau Sumba. 

Dari kampung Wunga tersebut,  akhirnya menyebarlah masyarakat dibeberapa pelosok di Pulau Sumba. Dan sekarang sudah terbagi menjadi empat Kabupaten. Timur,  Tengah,  Barat,  dan Barat Daya. 

Di desa Wunga itu juga sebagai kampung pertama Pulau Sumba,  ditemukan riset genetika yang mengatakan bahwa orang Sumba merupakan campuran haplogrup Austronesia,  Papua,  dan Asiatik. 

Tanah Humba

 



Sumbastories - Sumba merupakan pulau terindah didunia, terbitan dari sebuah majalah Jermam "Focus", pada Tahun 2018 lalu.

Sangat pantas jika dijuluki sebagai pulau terindah, dikarenakan Sumba memiliki sejumlah tempat wisata yang sangat eksotis.

Daerah yang berbentuk lanskap yang unik dengan begitu banyaknya bukit sabana,  pantai serta budaya yang masih terjaga menjadikan Sumba sebagai tempat yang menarik untuk dikunjungi. 

Filosofi Nama Humba

Kuda Sumba sedang berteduh ditengah terik panasnya padang Sumba

 Sumbastories - Asal usul nama pulau Sumba terjalin atar tradisi lisan masyarakat lokal dan sejarah yang ditulis oleh pejelajah Eropa dan armada perang Pati Gajahmada. 

Para pejelajah Eropa memberi sebutan yang berbeda-beda berdasakan pengamatan mereka terhadap kekayaan dan keunikan alam Sumba. Hingga kini beberapa sebutan untuk Pulau Sumba, antara lain Pulau Humba,  Pulau Sumba,  Pulau Subao,  Pulau Cendana,  dan Pulau Sandelwood. 

Catatan sejarah yang pertamakali menyebut nama Pulau Sumba muncul pada abad ke-14 di Kerajaan Majapahit. Pada zaman Majapahit, di Jawa Timur ada seorang raja yang berkuasa namanya Hayamwuruk. Ia mempunyai Pati (orang kepercayaan) namanya Gajahmada.

Pada tahun 1357, armada Gajahmada menaklukan Pulau Sumba. Hal tersebut nampak dari buku Negara Kertagama yang ditulis oleh seorang Pujangga bernama MPU Prapanca. 

Dari buku ini nampak bahwa nama Pulau Sumba sudah dikenal dalam Kerajaan Majapahit. 

Masyarakat Sumba sendiri mempunyai tradisi lisan mengenai nama Pulau Sumba. Tradisi lisan masyarakat Sumba menjelaskan hal tersebut dalam kisah Umbu Walu Manoku. 

Dikisahkan bahwa dahulu kala seorang yang mendarat pertama kali di Pulau Sumba bernama Umbu Walu Manoku, dan istrinya bernama Humba. Sebagai tanda hormat dan cinta kepada istrinya, maka Pulau itu diabadikannya dengan nama Humba.

Menurut Hary Pranata, 1984 dalam bahasa daerah Sumba,  huruf H kerab kali berubah menjadi Z atau S. Misalnya kata Kabihu, di Sumba Timur akan menjadi Kabisu atau Kabizu di Sumba Barat.

Adapun arti dari Humba atau Sumba adalah murni,  polos, dan tulus.  Untuk mempermudah penyebutan dan menyatukan kedua wilayah pulau itu,  maka kata Humba diganti menjadi Sumba yang digunakan hingga sekarang ini. 

Dari kisah diatas nampak bahwa sejak dahulu kala orang Sumba sudah mengenal konsep penghargaan, cinta,  ketulusan dan penghormatan terhadap perempuan. Nilai kesakralan Sumba ini harus nampak dalam bentuk penghargaan dan penghormatan terhadap perempuan.